Hari Raya Pengerupukan adalah sebuah kebudayaan dari umat Hindu yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Pengerupukan ini dilaksanakan sehari sebelum Hari Raya Nyepi (hari di mana semua umat Hindu tidak beraktifitas sama sekali). Di Hari Raya Pengerupukan ini semua umat Hindu bersukaria merayakan sebuah upacara untuk mengusir para roh-roh jahat. Dan sarana yang digunakan untuk mengusir roh-roh jahat tersebut, disebut ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh adalah sebuah patung yang berukuran cukup besar, dan diarak keliling desa. Ogoh-ogoh itu sendiripun digambarkan sebagai Bhuta Kala (setan) sebuah sosok yang besar, tinggi dan menakutkan. Bahan untuk membuat ogoh-ogoh adalah bahan-bahan yang berasal dari alam. Tapi setelah jaman semakin maju, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat ogoh-ogoh pun semakin beragam.
Ogoh-ogoh sebenarnya bukanlah sebuah upakara (sarana upacara) yang harus/wajib dibuat pada saat Hari Raya Pengerupukan. Ogoh-ogoh tersebut baru mulai dibuat sekitar tahun 1980 an, dan seiring dengan berjalannya waktu perhelatan ogoh-ogoh pun menjadi sebuah kebiasaan di setiap Hari Raya Rengerupukan ini dan bahkan menjadi sebuah tontonan yang menarik minat para wisatawan yang sedang berada di Bali.
Itulah sedikit gambaran tentang Hari Raya Pengerupukan. Lalu, kegiatan apa saja yang biasa dilaksanakan pada saat Hari Raya Pengerupukan ? rutinitas di Hari Raya pengerupukan itu di pagi harinya kita mebat (kegiatan memasak daging babi, ayam dll sebenarnya intinya dibuat untuk persembahan). Setelah itu biasanya kita membuat sarana-sarana untuk pelaksanaan mecaru (sebuah kegiatan upacara) yang akan dilaksanakan di sore harinya. Contohnya seberti kulkul (kentongan), tetimpugan (sebuah alat yang nantinya akan dibantingkan ke tanah agar mengeluarkan suara yang menggelegar), dan danyuh (kumpulan daun kelapa kering yang nantinya akan dibakar). Setelah menjelang sore hari. pergi ke Pura (tempat umat Hindu bersembahyang) untuk mengambil sebuah Tirta (air suci) yang dibagikan oleh Pemangku (orang suci umat Hindu) yang kemarin didapatkan saat Upacara Melasti di laut. Saat sudah pukul 06:00 pm tepat, Upacara mecaru pun dimulai. Seluruh anggota keluarga upacara itu bersama-sama. Kita semua bersorak-sorak keliling area rumah, membunyikan kentongannya, mengibar-ngibarkan api dari danyuh, membanting-bantingkan tetimpugannya ke tanah, pokoknya gimana caranya kita mesti bisa membuat suara-suara yang mengelegar se alam semesta agar para bhuta kala (setan) semuanya takut, dan akhirnya pergi dari area rumah.
Dan setelah acara mecaru itu berakhir (setiap rumah melakukan upacara mecaru tersebut). Semua orang keluar rumah untuk mengarak ogoh-ogoh yang sudah mereka siapkan/kerjakan dari 1 bulan lalu. Ogoh-ogoh diarak keliling desa, sama seperti saat mecaru semua warga bersorak-sorak sambil mengarak ogoh-ogoh agar para bhuta kala (setan) keluar dari desa.
0 komentar:
Posting Komentar